Kolaborasi Kemenag dan UAD, Bahas Strategi Implementasi Moderasi Beragama di Kampus

1760016874

DMITV.id, JAKARTA —,Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membahas Strategi Implementasi Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi. Pembahasan ini dikemas dalam FGD yang dinisiasi Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Pustrajak Penda) pada Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM).

FGD berlangsung di kampus UAD. Hadir sebagai narasumber, Prof Dr Siswanto Masruri (Kaprodi S3 Studi Islam), Prof Dr Inayah Rohmaniyah (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga), Dr Nur Kholis (Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan), Prof Ema Marhumah (Guru Besar UIN UIN Sunan Kalijaga), dan Dr Khoiruddin Bashori (Dosen UAD). Selaku moderator, Dr Yoyo MA (Wadek II FAI UAD). Hadir juga para mahasiswa S3, akademisi, peneliti, dan dosen dari UAD.

Sekretaris BMBPSDM Kemenag, Ahmad Zainul Hamdi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat jejaring akademik dalam pengarusutamaan moderasi beragama di lingkungan kampus. Prof Inung, panggilan akrabnya, menegaskan pentingnya memposisikan moderasi beragama sebagai diskursus ilmiah yang kontekstual.

Ia menyinggung pandangan filsuf Michel Foucault bahwa tidak ada satu wacana pun yang berdiri di luar konteksnya. “Begitu pula moderasi beragama. Ia adalah diskursus yang harus selalu dibaca dalam konteks sosial, politik, dan kebudayaan kita sendiri,” ungkapnya di Yogyakarta, Rabu (8/10/2025).

Prof Inung juga menyinggung sejarah munculnya istilah moderasi beragama di Indonesia, yang menurutnya merupakan hasil refleksi panjang dari pendekatan deradikalisasi yang dinilai terlalu keras. “Dulu, istilah yang dominan adalah deradikalisasi. Tapi kemudian muncul kesadaran bahwa melawan radikalisme dengan cara radikal juga bukan solusi. Maka lahirlah istilah moderasi, yang lebih menekankan keseimbangan dan kemanusiaan,” jelasnya.

Kontribusi Muhammadiyah

Lebih jauh, ia mengapresiasi kontribusi perguruan tinggi, termasuk kampus-kampus Muhammadiyah, dalam memperkuat moderasi beragama.

“Saya sangat senang bisa berdialog dengan teman-teman dari Muhammadiyah. Selama ini mungkin belum banyak berinteraksi, tapi saya yakin Muhammadiyah punya kontribusi besar dalam membumikan nilai-nilai moderasi,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Prof Inung juga menyinggung dimensi intelektual dalam spiritualitas Islam dengan mencontohkan karya klasik Imam al-Ghazali, Alkimia al-Sa‘adah (The Alchemy of Happiness), yang menurutnya menggambarkan pencarian keseimbangan antara ilmu dan kebahagiaan batin.

“Kalau Imam al-Ghazali menyebutnya alkimia al-sa‘adah, itu sebenarnya versi ringkas dari Ihya’ Ulumuddin. Bahkan kitab ini pernah diterjemahkan ke Indonesia oleh Gus Mus. Ini menunjukkan bahwa spiritualitas Islam sangat kaya dan ilmiah,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program Pustrajak Penda BMBPSDM dalam merancang peta jalan penguatan moderasi beragama di perguruan tinggi untuk periode 2025–2029. (Sumber: Kemenag.or.id)

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts