DMITV.id, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Akib memberikan refleksi penting dalam momen perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025. Ia menerangkan, sumpah pemuda yang dicetuskan dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 telah menghasilkan tonggak sejarah dan peran penting pada aspek persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Sumpah Pemuda menghasilkan ikrar para pemuda dari berbagai kelompok yang menyadari pentingnya persatuan dalam memperjuangkan Indonesia merdeka, yang menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda, (1) Kami, putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, (2) Kami, putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, (3) Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” ulas Irwan pada Selasa (28/10).
Indonesia dengan wilayah kepulauannya yang luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke, keragaman budaya, suku, bahasa dan adat istiadat telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadi kekuatan besar bagi bangsa. Hal inilah yang telah tercantum kedalam ikrar ketiga yang mengandung makna penting bagi persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
Sejak diikrarkannya pada tahun 1928, kini Sumpah Pemuda telah berusia 97 tahun dan semangat ber bhineka tunggal eka masih sangat penting dan relevan dengan kondisi di zaman ini. Irwan pun menekankan bahwa hal inilah yang patut dijaga dan ditata dengan apik, bahkan tidak boleh untuk di khianati.
“Buya Syafii Maarif mengemukakan bahwa Kebhinekaan hanya bisa bertahan lama manakala kita semua mengembangkan kultur toleransi yang sejati, bukan toleransi karena terpaksa atau toleransi yang dibungkus dalam kepura-puraan. Kesejatian ini yang menjadi satu puncak tertinggi dari capaian manusia beradab,” jelasnya.
Kepemudaan Masa Kini
Dalam konteks kekinian, Irwan menyebut bahwa keragaman bukan hanya terbingkai dalam keragaman etnis, budaya dan bahasa. Irwan memaparkan bahwa tak sedikit ditemui pada masa kini teriakan-teriakan NKRI harga mati, seakan mencerminkan semangat pancasilais, namun juga disisi lain hal tersebut menghadirkan rasa intoleran pada tubuh suatu kelompok, merasa diri paling berhak hidup di negara ini sementara yang lain hanya sebagai penumpang saja.
Maka dengan refleksi sumpah pemuda ini, Irwan menekankan bahwa hal seperti ini tidak boleh mengganggu semangat persatuan dan kesatuan dalam tubuh masyarakat, yang akhirnya dapat menimbulkan berbagai masalah di negeri ini.
“Momen peringatan Sumpah Pemuda ini, perlu menjadi bahan renungan bagi kita semua, khususnya para pemuda baik yang berkecimpung dalam suatu wadah organisasi kepemudaan maupun secara personal, untuk kembali merefleksi ikrar para pemuda 1928, merefleksi pentingnya membanngun kesadaran kolektif untuk hadir bersama-sama, bergerak bersama dalam keragaman menuju Indonesia emas tahun 2045,” ujar Irwan.
“Para pemuda penting untuk bergerak dengan ilmu, bergerak dengsan semangat persatuan, melepaskan ego demi NKRI tanpa mengaikan kehadiran kelompok lainnya,” lanjutnya.
Terakhir, Irwan menekankan bahwa bergerak dalam satu kesatuan NKRI akan selalu menjadi hal yang penting untuk menghadirkan kesejahteraan rakyat sehingga menghadirkan Indonesia maju. Maka dari itu, ia mengajak para pemuda untuk terus hadir bergerak dalam persatuan dan kesatuan, menjadi pemimpin bangsa yang memiliki visi yang jauh dan dilandasi dengan nilai-nilai dan filosofi berbangsa dan bernegara.
“Seorang pemimpin itu tidak berpikir untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya, tetapi pemimpin adalah yang hadir untuk kepentingan rakyat, untuk kesejateraan rakyat, pemimpin yang selesai dengan dirinya. Maka ketika mendapat kepercayaan, hendaknya para politisi dan pemimpin melepas baju kebesaran partainya, dan mengganti dengan baju kebesaran Indonesia Raya, baju Pancasila dalam artian tidak lagi bertindak sebagai politisi, tetapi sebagai negarawan,” pungkasnya.
Source: Muhammadiyah.or.id