DMITV.ID , Abu Dhabi – Uni Emirat Arab (UEA) telah menyalurkan salah satu respons kemanusiaan terbesar di dunia terhadap krisis di Gaza, dengan total bantuan yang disalurkan mencapai $2,57 miliar atau setara dengan Rp42.848.631.790.000 (menggunakan kurs acuan Rp16.672,62 per Dolar AS) serta Dh9,4 miliar. Demikian disampaikan oleh Dr. Anwar Gargash, Penasihat Diplomatik Presiden UEA, melalui unggahan di platform X.
Dr. Gargash merincikan skala operasi bantuan UEA yang masif, meliputi penyediaan makanan, air, pasokan medis, dan perawatan bagi ribuan warga Palestina yang terluka dan sakit. Ia menegaskan bahwa bantuan UEA menyumbang lebih dari 40% dari seluruh bantuan kemanusiaan internasional yang diarahkan ke Gaza, sebuah angka yang mencerminkan komitmen abadi negara tersebut terhadap aksi kemanusiaan.
Rincian Bantuan Kemanusiaan UEA ke Gaza
Berdasarkan data yang dibagikan, upaya kemanusiaan UEA mencakup:
- Pengiriman lebih dari 100.000 ton bantuan mendesak.
- Pengoperasian 712 penerbangan bantuan dan 221 operasi airdrop (bantuan udara).
- Pengerahan 10.000 truk dan 21 kapal yang membawa makanan dan obat-obatan.
- Penyediaan perawatan bagi 2.961 orang yang terluka, pasien kanker, dan anak-anak dari Gaza di rumah sakit-rumah sakit UEA.
- Perawatan bagi 53.375 orang di rumah sakit lapangan UEA yang beroperasi di Gaza.
- Perawatan bagi 20.990 pasien di rumah sakit terapung UEA yang berlabuh di Al Arish, Mesir.
- Penyaluran 2 juta galon air setiap hari untuk melayani satu juta orang.
- Produksi roti harian untuk 76.000 orang melalui 20 fasilitas roti.
- Pendistribusian makanan harian untuk 286.000 orang melalui 50 dapur umum.
“Terima kasih dan apresiasi kepada tim UEA atas upaya kemanusiaan mereka di Gaza,” tulis Dr. Gargash. “Inilah UEA, sebuah sikap, kemanusiaan, dan kemurahan hati.”
Pernyataan ini muncul seiring dengan terus berlanjutnya koordinasi rute bantuan melalui udara, darat, dan laut ke Jalur Gaza oleh UEA. Upaya berkelanjutan ini merupakan bagian dari komitmen UEA untuk menjaga akses kemanusiaan yang konsisten di tengah konflik yang masih berlangsung dan kondisi sipil yang memburuk.***
